“Keutamaan Puasa Sunnah Senin dan Kamis”

عن أبي قتادة رضي الله عنه أن رسرل الله صلى الله عليه وسلم : سئل عن صوم يوم الاثنين فقال : ذالك يوم ولد ت فيه، ويوم بعثت أو أنزل على فيه. (رواه مسلم)

Artinya : Abu Harairah ra. Berkata, “ Rasulullah saw. Di tanya tentang Puasa hari senin dan kamis. Beliau bersabda, di hari itu aku di lahirkan, dan di utus sebagai Rasul, atau wahyu di turunkan kepadaku.”( H.R. Muslim )

Pelajaran Hadist :

Puasa hari senin memiliki keutamaan tersendiri, karena Rasulullah di lahirkan di hari Senin, bulan Rabi’ul Awal. Al-Qur’an juga mulai di turunkan kepada beliau di hari Senin, 27 Ramadhan.

Menghafal al-Qur’an Tak Kenal Usia

Image

 

Alhamdulillah Team UstadzQu Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL) telah membuka kelas tahfidzh Al-Qur’an. Dalam pembukaan kelas yang berlangsung di AQL Center di Tebet Utara No 40, Jakarta Selatan, dihadiri beberapa peserta Ikhwan maupun Akwat, dimana diisi dengan pamateri Ustaz Yana Luqman Al Hakim Lc Al-Hafidz.

Saudaraku yang dirahmati Allah, berikut laporan tentang pembukaan kelas tahfidzh al-Qur’an yang ditulis oleh saudara kita Muhammad Aly El-Bhoney dan dari Media External Relations (MER) AQL. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

 ***

 “Tujuan akhir dari menghafal Qur’an bukan hanya sekedar hafal, tapi bagaimana cara kita menjaga agar adab kita juga terjaga dengan Qur’an. Karena hafal Qur’an bukanlah jaminan bahwa kita akan menjadi ahlul Qur’an yang menjadi pilihan Allah. Jadi, selain hafal, haruslah juga diamalkan.”

Begitulah Ustaz Yana Luqman Al Hakim Lc Al-Hafidz memberi motivasi di depan Ihwan maupun Akwat kelas tahfidzh al-Qur’an. Ustaz Yana adalah alumni dari Kairo dan telah mendapatkan  2 Sanad Hifdzul Qur’an. Sanad yang pertama di dapat dari Syeikh di Al-Azar Cairo, dengan menyetor hafalan selama 1 tahun. Sanad yang kedua diperoleh dari syeikh di Maroko dengan menyetor hafalan selama 1 bulan. Sanad yang dimaksud disini adalah bukti otentik berupa lembaran atau ijazah, pada lembaran tersebut terdapat nama-nama urutan, sehingga sampai pada Rosulullah SAW. Dengan menyetor hafalan dengan mentalaqqi-kan nya sebagaimana Al-Qur’an itu diturunkan (terkait makhroj, sifat dan tajwid).

Metode Talaqqi yang Ustaz Yana ajarkan kepada seluruh jamaa’ah adalah memberikan dorasi waktu dalam menghafal Al-qur’an selama 15 menit untuk 5 Ayat. Alhamdulillah! Subhanallah! Ada beberapa jamaa’ah yang bisa menghafalnya dalam waktu sesingkat itu. Di antaranya adalah seorang ibu yang berusia 48 tahun. Bahkan Ibu ini mampu menghafalkan 5 ayat dalam waktu kurang dari 15 menit. Subhanallah! Sungguh Allah telah memudahkan menghafal al-qur’an kepada hambanya.

Bagaimana cara menghilangkan kejenuhan dalam menghafalkan Al-Qur’an?

Begitulah pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang jama’ah ba’da tahfidzh al-Qur’an. Menurut Ustaz Yana, sebelum menghafal al-Qur’an, perlu persiapan. Jangan pernah menghafal al-Qur’an dalam keadaan stres atau pusing. Alihkan kepada pekerjaan yang lain, yang dapat menenangkan hati dan pikiran, baru setelah itu bisa membaca al-Qur’an. Sebab, al-Qur’an bisa dihafal jika kita dalam keadaan tenang.

Cara menenangkan diri sebelum membaca al-Qur’an bisa pula membuka buku-buku Sirah atau sejarah para sahabat Rasulullah. Di situ kita bisa tahu,  cara mereka menghafal al-Qur’an, dan juga pekerjaan-pekerjaan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.

 

Bagaimana dengan penghafal Al-Qur’an,tapi tetap melakukan maksiat dengan Pacaran? Wal Iyaadzu Billah…”

 

Saudaraku, perlu kita ketahui, bahwa al-Qur’an bisa dihafal oleh siapapun, bahkan orang Yahudi maupun Nasrani. Namun sangat sedikit dari penghafal-penghafal al-Qur’an itu yang bisa mendapatkan berkah atau keridhohan dari Allah swt. Hal tersebut dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Furqan ayat 30, yang artinya :

 

“ Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”.

 

Di ayat di atas tersebut menjelaskan, bahwa Rasul berkata kepada Allah, karena begitu kaumnya menjadikan al-Qur’an sesuatu yang acuh, atau mereka lalai dalam memahami Al-Qur’an. Mereka menjadikan al-Qur’an sesuatu yang biasa, tanpa pernah meyakini bahwa al-Qur’an adalah kalamullah. Firman Allah ta’ala.

Al-Qur’an bukanlah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4, yang artinya:

“…dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”

 

Menurut bahasa, “Qur’an” berarti “bacaan”. Pengertian seperti ini dikemukakan dalam al-Qur’an sendiri, yakni dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18, yang artinya:

 

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.

 

Adapun menurut istilah al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”.

 Saudaraku, al-Qur’an juga merupakan pedoman hidup bagi ummat Islam. Apabila kita berpegang teguh kepadanya, kita tidak akan sesat selama-lamanya. Allah sudah memudahkan al-Qur’an kepada hamba-Nya. Hal itu tertulis dalam surat al-Qamar ayat 17, yang artinya :

 

 

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Subhanallah sungguh dan betapa Allah menyayangi dan memuliakan hamba-Nya dengan al-Qur’an, kerena ayat tersebut ada 4 kali pengulangan ayat yang menandakan, bahwa Allah memudahkan al-Qur’an bagi kita semua. Pengulangan itu juga menandakan, penekanan untuk terus dihafal, dipahami, mentadabburi serta mengamalkannya.

Di saat menghafal, kita tidak mengenal batas usia. Sebab, kalau kita mendengar sejarah Rasulullah seorang nabi yang UMMI, yang tidak bisa membaca al-Qur’an, namun Rasulullah tetap mendapat Gelar Khootamul Anbiyaa’ Nabi yang terakhir di antara nabi Allah swt. dan Nabi juga menghafal al-Qur’an di umur 40 tahun. Beliau betul-betul mempersiapkan sebelum menghafal al-Qur’an, yakni dengan menyendiri di Gowa Hira. Beliau menjalankan Qiyaamullail, shalat Dhuha, puasa Senin-Kamis, serta sedekah dan infaq.

 

 “Jangan lihat sisa usiamu, karena itu masih rahasia. Kita nikmati yang ada saja,”, ujar Ustaz Hendra yang juga hadir dalam acara pembukaan launching kelas Tahfidz Qur’an ini.

Bahwa menghafal Al-Qur’an tidak memandang usia. Sebab Allah yang akan mudahkan kita ketika ada kemauan. Orang yang telah berazam untuk menghafal Al-Qur’an adalah karakter dari orang yang beriman kuat. Iman yang sebenar-benar iman, iman yang tidak ada di mulut. Dan merupakan orang-orang yang telah dipilih oleh Allah sebagaimana telah disebutkan pada QS Faathir ayat 32.

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu itu adalah karunia yang amat besar.”

(Muhammad Aly El-Bhoney)

 

Ulil Ngeyel Mirip Bani Israel

Assalamu’alaikum. Kasus Irshad Manji memperlihatkan pada kita, bahwa sebagian dari warga bangsa ini sudah dirasuki pemikiran kaum liberalis. Tak sedikit orang membela feminis lesbian asal Kanada tersebut, padahal dua bukunya jelas-jelas menentang ajaran Allah swt. Ironisnya, yang membela Manji sebagian besar adalah ummat Islam. Astagfirullah!

Di depan jamaah Kamis Malam Ar-Rahman Quranic Learning (AQL), saya menejelaskan fenomena ini persis seperti masa Bani Israel. Sebagaimana Anda ketahui, sifat-sifat Bani Israel yang digambarkan adalah manusia yang keras kepala, membangkang, pesimis, tamak terhadap dunia, pengecut, suka menghina, mengolok-olok nabi, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 68:

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa.” (Al-Ahzab: 69)

Salah satu keburukan yang dilakukan Bani Israel adalah pernah mengarang al-kitab. lalu mereka mengatakan ini dari Allah. Ini dikisahkan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah berikut ini:

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah 2:79)

Saudaraku yang dirahmati Allah, apa yang dilakukan Bani Israel mirip dengan aktivitas Jaringan Islam Liberal (JIL). Melalui organisasi ini, sejumlah aktivisnya mencoba menyebarkan keraguan terhadap ajaran Allah yang diwahyukan lewat al-Qur’an. Untuk kasus Manji ini, mereka mencoba merusak pemahaman ummat Islam dengan menjustifikasi lesbianism dengan kedok hak asasi. Berikut ini, sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney mencoba membuat sedikit rangkuman tadabbur Qur’an di kelas Kamis malam. Selamat membaca!

*****

Kalau betul kaum Luth dihujani batu, karena lesbianism, kenapa Tuhan tidak melakukan hal yang sama sekarang pada mereka? Kok mereka aman-aman saja?

Begitulah bunyi tweet Ulil Abshar Abdalla via akun Twitter-nya @ulil. Tweetyang ditujukan pada para penentang Irshad Manji tersebut sangat jelas menantang Allah swt. Naudzubillah min Dzaalik! Kelancangan aktivis JIL ini sangat menyakitkan dan membuat berang bagi seluruh ummat Islam.

Tweet tersebut juga sangat jelas mengindikasikan keraguan Ulil pada al-Qur’an, dimana dikisahkan kaum Sodom, umat Nabi Luth AS diazab oleh Allah, karena suka melakukan perkawinan sejenis. Kisah ini dituliskan dalam Al-Quran Surat Al-A’raf: 80-84.

 

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kalian. “

Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas.”

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.”

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah swt. Marilah kita semua menjaga keyakinan dan kepercayaan kita kepada Allah. Jangan hanya mempertuhankan ilmu yang ada dalam diri kita. Tapi kita semua harus berkeyakinan, bahwa semua ini, hidup, mati, dan apapun yang terjadi di dunia dan di akhirat, semata-mata karena Allah swt.

Laailaaha Illallah, kalimat Tauhid yang mengakui ketauhidan Allah itu, semoga memberkati kita semua agarn menjaga lisan dan pemikiran atau keyakinan kita. Sebab, jika kita ngeyel seperti Ulil, maka kita akan menjadi murtad, bahkan kafir. Saudaraku, jika kita terus berada pada jalan Allah, Allah akan menurunkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua dan tentunya bagi negeri yang kita cintai ini. Dan kita semua mati dalam keadaan yang beriman. Amin ya Rabbal Alamin. Wallahu a’lam bi showaab! (Muhammad Aly El-Bhoney)

Kasus Perkosaan, Kemaksiatan, dan Penyebabnya

Meningkatnya kasus pemerkosaan dan maraknya pelecehan seksual di kendaraan umum belakangan ini, sungguh memprihatinkan kita bersama. Begitulah manusia, jika sudah tidak lagi memiliki iman dan rasa percaya bahwa Allah selalu mengawasi kita, karena setan akan selalu menggoda syahwat kita dan membujuk berbuat kriminal.

Selain pelaku, dalam kasus pemerkosaan ini sebetulnya sebagai orang yang beriman, kita juga mengerti akar permasalahan, yakni aurat. Namun ada saja yang berpendapat, pakaian tak bisa menjadi ukuran apakah seseorang pantas dilecehkan atau tidak.

Menurut mereka, pakaian tidak ada hubungannya dengan terjadinya pemerkosaan. Orang yang berpakaian tertutup tak lantas bebas dari pelecehan seksual dan pemerkosaan. Mereka mengambil contoh, di Bali, orang tetap merasa aman dan nyaman meski ‘telanjang’ di depan umum. Di Arab, meski perempuan memakai pakaian tertutup dengan abaya, pemerkosaan tetap terjadi.

Itulah pernyataan orang sekuler dan bisa menyesatkan kita. Mereka mencoba menjustifikasi, memamerkan aurat bukanlah akar masalah pemerkosaan ini. Saudaraku, sebagai orang beriman, kita tahu mengapa dalam Al-Qur’an, Allah mengatur tentang aurat. Berikut ini, sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney mencoba menulis tentang bagaimana Allah demikian melindungi kehormatan perempuan. Selamat membaca.

 

***

يا أيها النبي قل لأزواجك و بنتك  ونساء المؤمنين يد نين عليهن من جلا
بيبهن ذ لك أد نى أن يعرفن فلا يؤ ذين وكا ن الله غفو را ر حيما (سورة
الأ حزا ب)

 

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu. Dan istri-istri mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang“ (al-Ahdzab:59)

Jilbab merupakan benteng, cahaya, maupun penerang. Jilbab juga pelindung terhadap kejahatan, karena menjadikan perempuan tidak mudah diganggu dan terjerumus dalam kemaksiatan. Ketika kemaksiatan menumpuk, maka kemaksiatan akan menutupi cahaya iman yang ada di dalam hati.

Oleh karena itu, marilah kita kembali bertaqwa, dengan membentengi diri kita. Sebagaimana rembulan, ketika tertutup awan tebal, maka cahayanya terhalangi, tak sampai ke bumi. Oleh karena itu, perlu kiranya hati ini senantiasa diperbaiki. Segarkan kembali dengan materi-materi penguat  iman, seperti membaca dan mentadabburi ayat-ayat Qur’an, berdzikir, bertaubat, dan beristighfar kepada Allah.

Penyebab utama munculnya keinginan bermaksiat adalah rendahnya rasa takut kepada Allah swt. Allah berfirman dalam surat al-Hadid ayat 16:

Belumkah datang bagi orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Saudaraku, lemahnya rasa takut kepada Allah menunjukkan bahwa hati telah keras, gelap, dan sulit menerima kebaikan, sehingga banyak peluang bagi syaitan untuk masuk kedalam jiwa kita. Naudzubillah min dzaalik.

Ada satu kisah Yazid Arraqqasyi dan Anas bin Malik ra. Jibril  datang kepada Nabi Muhammad saw pada waktu yang tidak biasa. Ia datang dalam keadaan berubah mukanya. Maka ditanya oleh Rasulullah: ”Mengapa aku melihat kau berubah muka ? Jawabnya : ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan nyala api neraka. Maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka jahanam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya.”

Lalu Nabi saw bersabda: “Ya Jibril, jelaskan padaku sifat jahanam.” Jibril menjawab: “Ya, ketika Allah menjadikan jahannam, maka dinyalakan apinya selama seribu tahun, sehingga merah. Kemudian dilanjutkan lagi seribu tahun, sehingga putih warnanya. Kemudian seribu tahun lagi, sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak. Andaikan jahanam terbuka sebesar lubang jarum, niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semua, karena panasnya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka digantung antara langit dan bumi, niscaya akan mati panduduk bumi karena panas dan besinya.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang di sebut dalam Al-Qur’an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair ke bawah bumi yang ke tujuh.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat disiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya. Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas bercampur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.

Nabi saw bertanya : “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami ?” Jibril menjawab: “Tidak, setengahnya di bawah dari lainnya.

Wallahu a’lam bisshowaab. Akhir kata, kemanakah kita akan kembali? Banyak yang telah dilalaikan manusia (ber-inaabah kepada Allah) Bertaubatlah dari kemaksiatan yang kita lakukan. Jika kebaikan yang kita lakukan, maka akan dibalas dengan kebaikan. Sebaliknya, jika keburukan yang kita lakukan, maka keburukan pula yang kita terima.

Allah berfirman dalam surat az-Zalzalah ayat 7-8: “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarah sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarah sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasannya) pula”. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Ada Hikmah di Balik Musibah

Image

 

Saudaraku, musibah yang pernah kita alami sesungguhnya memiliki hikmah. Sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney menulis tentang hikmah di balik musibah berikut ini.

 

***
Cobaan merupakan sunnatullah bagi setiap manusia. Ada beberapa makna dalam sebuah cobaan. Ada yang bermakna sebagai peringatan, lalu sebagai pengganti, ataukah Allah swt sedang mencoba bagaimana  manusia menerima atas musibah atau cobaan yang telah Dia berikan. Dalam konteks ini, Allah swt hendak mencoba tingkat kesabaran atau keimanan seseorang kepada.
Namun yang perlu kita ketahui, bahwa terjadinya musibah atau kerusakan di darat dan di laut, itu disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Hal itu telah Allah sebutkan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 41 berikut ini:

 

ظهر الفسا د في البر و البحر بما كسبت أيد ى الناس ليذ يقهم بعض الذى عملوا لعلهم ير جعون ( الروم:) 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

 

Terjadinya tabrakan maut  yang menewaskan sembilan orang, lalu kecelakaan bus yang menewaskan 15 orang, adalah contoh-contoh cobaan atau peringatan dari Allah terhadap hambanya.  Semua cobaan ini menjadi sebuah bentuk peringatan dari Allah swt, agar kita mempersiapkan bekal di hari akhir nanti. Dengan ketabahan yang kuat, Insya Allah di akhir nanti, kita meninggal atau kembali kepada Allah dalam keadaan beriman.
Suatu bentuk kasih sayang Allah kepada kita semua, yakni dengan menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup dan menjadi petunjuk bagi ummat Islam. Ini supaya mereka yang mendapatkan cobaan atas musibah yang terjadi, justru semakin menebalkan imannya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
ذ لك الكتب لا ريب فيه هدى للمثقين( البقرة :) 1
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya, yakni dengan menyuruh kita semua membekali diri dengan ketaqwaan. Dengan bekal taqwa,  Insya Allah pada akhirnya kita mendapatkan jalan yang lurus dan surge-Nya. Ini tercermin dari firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya :
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku

Takwa yang dimaksud adalah menjauhkan diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya tidak cukup diartikan dengan rasa takut saja. Sebab, takwa juga bisa berarti, membuat benteng diri antara kita dan kemaksiatan. Jadi, sebelum terjadi kemaksiatan, kita sudah membuat benteng yang kokoh, agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Takwa juga berarti menjadikan syaitan atau iblis sebagai musuh utama.
Sebagai orang yang beriman, cobaan bisa dipandang menjadi baik, apabila apabila diberikan kesenangan, mereka bersyukur, dan apabila ditimpah musibah, dia bersabar. Dalam hadist Rasulullah saw:
Segala urusan orang-orang mu’min, sesungguhnya segala urusannya terdapat kebaikan, dan bukan urusan urusan orang-orang yang beriman tersebut kecuali orang mu’min, yaitu : apabila mereka mendapatkan kebaikan (bersyukur) dan itu baik bagi mereka, apabila mereka mendapatkan musibah atau bahaya (bersyukur) dan itu baik bagi mereka.” (HR.Muslim)
Orang-orang yang bersyukur kepada Allah senantiasa menegakkan ketaatan kepada Allah. Sebab, kesyukuran bukan menjadi bukti perkataan manusia, melainkan ketaatan kepada Allah. Bersyukur kepada Allah menjadi baik bagi mereka yang beriman dan akan mendapatkan dua kenikmatan, yaitu kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia dengan kesenangan dan kenikmatan agama dengan bersyukur. Itulah hal biasa dilakukan oleh seorang mu’min.
Orang-orang yang bersyukur atas cobaan atau musibah yang di berikan kepada-Nya, senantiasa berpegang teguh dengan rumus: lillah-billah-ma’allah, yaitu segala bentuk sesuatu dikerjakan karena Allah dan akan selalu bersama Allah.Waffaqumullah jamii’an. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Mengapa Do’a Sulit Terkabul?

Image

 

Assalamu’alaikum. Saudaraku, seringkali kita kesal dengan Allah. Kekesalan kita disebabkan, karena kita sudah sering berdo’a dan meminta sesuatu, tetapi tidak kunjung terkabul. Kekesalan tersebut kemudian membuat kita frustrasi dan medzolimi Allah dengan menuduh Allah ingar akan janji-janji-Nya. Pikiran seperti ini sangat berbahaya.

Anda pun seringkali bertanya, jika Allah memang tidak ingkar, mengapa dalam kenyataan, do’a-do’a yang kita panjatkan tidak selalu dikabulkan, bahkan banyak do’a kita yang tidak terkabul. Saudaraku yang dimuliakan Allah. Sahabat kita, Muhammad Aly El-Bhoney mencoba menuliskan tentang hal ini.

***

Tiada satupun yang lebih mulia bagi Allah, melainkan do’a. Do’a adalah senjata dan menunjukan bukti begitu kecilnya kita sebagai hamba di hadapan Allah. Do’a juga merupakan modal utama bagi ummat Islam, sehingga kita tidak pantas menyombongkan diri, karena hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan dan perlindungan.

Allah berfirman dalam al-qur’an:

 إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُفِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (الأعراف :40)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”. (al-Baqarah :40)

 

Seperti kisah Nabi Ayub as. Ia diuji oleh Allah dengan bencana yang menimpa fisiknya. Tubuhnya tak menyisakan satu lobang jarum pun yang sehat. Tak ada sesuatu dan seorang pun di dunia ini, yang dapat menolongnya, selain istrinya yang tetap memelihara cintanya karena Allah.

Saat sakit, istri Nabi Ayub selalu melayani dan mendo’akan sang suami, untuk diberikan kesembuhan. Maka Allah mengabulkan do’a dan permohonannya. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk bangkit dan menjejakkan kaki ke tanah. Seketika, tanah itu mengeluarkan mata air. Allah kemudian menyuruh Nabi Ayub mandi dengan air itu. Melalui air itu, Allah menghilangkan seluruh penyakit yang ada di tubuh Nabi Ayub. Subhanallah.

Hambaku meminta, maka akan Aku kabulkan,” demikianlah janji Allah kepada kita sebagai hamba-Nya. Bahwa dengan berdo’a dan minta, niscaya Allah akan kabulkan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdo’a setiap saat.

Allah berfirman dalam Al-qur’an :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْيَرْشُدُونَ(البقرة : 186)

Artinya: “Dan apabila hamba-hambaKU bertanya kepadaku tentang Aku, maka jawablah bahwasanya aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaku kepada-KU, maka hendaklah mereka memenuhi( segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”  (QS. Al-Baqarah : 186)

Allah swt juga berfirman: “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’”. (QS. Al-Mukmin 40: 60)

Namun, kadang kala manusia tidak sabar menunggu do’a-do’a yang mereka telah ucapkan di hadapan Allah. Ketidaksabaran itu seringkali membuat manusia marah pada Allah, karena Allah dianggap ingkar. Astagfirullah. Padahal janji Allah itu pasti. Tidak seperti janji manusia yang sering ingkar.

Jika Allah tidak ingkar, mengapa dalam kenyataannya begitu sulit do’a itu dikabulkan?

Kapasitas pengetahuan manusia itu terbatas. Keterbatasan itu membuat kita seringkali merasa, Allah itu telah mendzolimi umat-Nya. Padahal manusia merasa sudah banyak berdo’a agar permohonan mereka terkabul. Bahkan setelah mencari-cari tempat yang makbul, do’a yang makbul serta cara yang makbul sekalipun, belum tentu do’a manusia dikabulkan. Hal tersebut tentu saja dapat atau mudah membuat orang menjadi frustasi. Tak heran, karena frustasi, banyak orang menjadi nekat untuk meminta kepada selain Allah, entah itu melalui dukun ataupun menjual jiwanya kepada syaitan. Astagfirullah. Sungguh sangat disayangkan jika hal itu terjadi. Demi terpenuhi keinginan duniawi, manusia sampai rela bermusyrik diri.

Saudaraku, Allah swt adalah sang penerima taubat. Hanya saja, ada do’a yang  tidak secara langsung di-istijabah oleh Allah dan ada juga yang tidak. Jika tidak di-istijabah, itu artinya Allah ingin menguji hamba-Nya sampai di mana batas kesabaran dalam berdo’a. Bisa saja do’a terkabulkan baru satu atau dua hari ke depan, atau bahkan beberapa bulan atau berapa tahun ke depan. Yang pasti, kita sebagai hamba-Nya tetap konsisten dan sabar untuk berdo’a, karena Insya Allah do’a kita akan dikabulkan oleh Allah swt,

Ada kemungkinan, do’a seseorang sulit atau bahkan tidak terkabulkan oleh Allah, karena beberapa sebab. Pertama, mungkin dari segi ibadah atau cara mendekatkan diri kepada Allah (taqorrup ilallah), kita masih kurang tepat. Kedua, bagaimana segi muamalah atau tingkah laku kita pada manusia lain. Sebab, dalam hadist Rasulullah Saw berkata: “Sayangilah siapah atau apa saja yang ada di bumi, niscaya engkau akan di sayangi siapah yang di langit, yaitu Allah swt”.

Ketiga, penyebab lain adalah tergantung apa yang mereka makan, minum, dan pakaian yang dikenakan manusia tersebut. Yakni bagaimana barang-barang itu diperoleh. Apakah dari hasil uang halal atau malah sebaliknya haram?

Dari Abu Hurairah RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang juga Dia tujukan kepada para rasul, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mukminun: 51)

Terakhir, penyebab do’a tak terkabul adalah ketidaksabaran kita. Bahwa Allah tidak suka pada orang yang tidak sabar. Allah tidak suka pada mereka terburu-buru ingin cepat dikabulkan do’anya, namun ketika do’a belum terkabul, mereka berbuat maksiat dan meninggalkan kewajiban, serta membiarkan kejahatan.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur dan dimudahkan dalam segala urusan. Amiin. Kita pun semoga menjadi orang yang selalu diberikan kesabaran, sehingga kita selalu memohon do’a dalam keadaan susah maupun senang. Waffaqumullah jamii’an. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Mengapa Do’a Sulit Terkabul?

Image

Assalamu’alaikum. Saudaraku, seringkali kita kesal dengan Allah. Kekesalan kita disebabkan, karena kita sudah sering berdo’a dan meminta sesuatu, tetapi tidak kunjung terkabul. Kekesalan tersebut kemudian membuat kita frustrasi dan medzolimi Allah dengan menuduh Allah ingar akan janji-janji-Nya. Pikiran seperti ini sangat berbahaya.

Anda pun seringkali bertanya, jika Allah memang tidak ingkar, mengapa dalam kenyataan, do’a-do’a yang kita panjatkan tidak selalu dikabulkan, bahkan banyak do’a kita yang tidak terkabul. Saudaraku yang dimuliakan Allah. Sahabat kita, Muhammad Aly El-Bhoney mencoba menuliskan tentang hal ini.

***

Tiada satupun yang lebih mulia bagi Allah, melainkan do’a. Do’a adalah senjata dan menunjukan bukti begitu kecilnya kita sebagai hamba di hadapan Allah. Do’a juga merupakan modal utama bagi ummat Islam, sehingga kita tidak pantas menyombongkan diri, karena hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan dan perlindungan.

Allah berfirman dalam al-qur’an:

 إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُفِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (الأعراف :40)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”. (al-Baqarah :40)

 

Seperti kisah Nabi Ayub as. Ia diuji oleh Allah dengan bencana yang menimpa fisiknya. Tubuhnya tak menyisakan satu lobang jarum pun yang sehat. Tak ada sesuatu dan seorang pun di dunia ini, yang dapat menolongnya, selain istrinya yang tetap memelihara cintanya karena Allah.

Saat sakit, istri Nabi Ayub selalu melayani dan mendo’akan sang suami, untuk diberikan kesembuhan. Maka Allah mengabulkan do’a dan permohonannya. Lalu Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk bangkit dan menjejakkan kaki ke tanah. Seketika, tanah itu mengeluarkan mata air. Allah kemudian menyuruh Nabi Ayub mandi dengan air itu. Melalui air itu, Allah menghilangkan seluruh penyakit yang ada di tubuh Nabi Ayub. Subhanallah.

Hambaku meminta, maka akan Aku kabulkan,” demikianlah janji Allah kepada kita sebagai hamba-Nya. Bahwa dengan berdo’a dan minta, niscaya Allah akan kabulkan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berdo’a setiap saat.

Allah berfirman dalam Al-qur’an :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْيَرْشُدُونَ(البقرة : 186)

Artinya: “Dan apabila hamba-hambaKU bertanya kepadaku tentang Aku, maka jawablah bahwasanya aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaku kepada-KU, maka hendaklah mereka memenuhi( segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”  (QS. Al-Baqarah : 186)

Allah swt juga berfirman: “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’”. (QS. Al-Mukmin 40: 60)

Namun, kadang kala manusia tidak sabar menunggu do’a-do’a yang mereka telah ucapkan di hadapan Allah. Ketidaksabaran itu seringkali membuat manusia marah pada Allah, karena Allah dianggap ingkar. Astagfirullah. Padahal janji Allah itu pasti. Tidak seperti janji manusia yang sering ingkar.

Jika Allah tidak ingkar, mengapa dalam kenyataannya begitu sulit do’a itu dikabulkan?

Kapasitas pengetahuan manusia itu terbatas. Keterbatasan itu membuat kita seringkali merasa, Allah itu telah mendzolimi umat-Nya. Padahal manusia merasa sudah banyak berdo’a agar permohonan mereka terkabul. Bahkan setelah mencari-cari tempat yang makbul, do’a yang makbul serta cara yang makbul sekalipun, belum tentu do’a manusia dikabulkan. Hal tersebut tentu saja dapat atau mudah membuat orang menjadi frustasi. Tak heran, karena frustasi, banyak orang menjadi nekat untuk meminta kepada selain Allah, entah itu melalui dukun ataupun menjual jiwanya kepada syaitan. Astagfirullah. Sungguh sangat disayangkan jika hal itu terjadi. Demi terpenuhi keinginan duniawi, manusia sampai rela bermusyrik diri.

Saudaraku, Allah swt adalah sang penerima taubat. Hanya saja, ada do’a yang  tidak secara langsung di-istijabah oleh Allah dan ada juga yang tidak. Jika tidak di-istijabah, itu artinya Allah ingin menguji hamba-Nya sampai di mana batas kesabaran dalam berdo’a. Bisa saja do’a terkabulkan baru satu atau dua hari ke depan, atau bahkan beberapa bulan atau berapa tahun ke depan. Yang pasti, kita sebagai hamba-Nya tetap konsisten dan sabar untuk berdo’a, karena Insya Allah do’a kita akan dikabulkan oleh Allah swt,

Ada kemungkinan, do’a seseorang sulit atau bahkan tidak terkabulkan oleh Allah, karena beberapa sebab. Pertama, mungkin dari segi ibadah atau cara mendekatkan diri kepada Allah (taqorrup ilallah), kita masih kurang tepat. Kedua, bagaimana segi muamalah atau tingkah laku kita pada manusia lain. Sebab, dalam hadist Rasulullah Saw berkata: “Sayangilah siapah atau apa saja yang ada di bumi, niscaya engkau akan di sayangi siapah yang di langit, yaitu Allah swt”.

Ketiga, penyebab lain adalah tergantung apa yang mereka makan, minum, dan pakaian yang dikenakan manusia tersebut. Yakni bagaimana barang-barang itu diperoleh. Apakah dari hasil uang halal atau malah sebaliknya haram?

Dari Abu Hurairah RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang juga Dia tujukan kepada para rasul, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mukminun: 51)

Terakhir, penyebab do’a tak terkabul adalah ketidaksabaran kita. Bahwa Allah tidak suka pada orang yang tidak sabar. Allah tidak suka pada mereka terburu-buru ingin cepat dikabulkan do’anya, namun ketika do’a belum terkabul, mereka berbuat maksiat dan meninggalkan kewajiban, serta membiarkan kejahatan.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur dan dimudahkan dalam segala urusan. Amiin. Kita pun semoga menjadi orang yang selalu diberikan kesabaran, sehingga kita selalu memohon do’a dalam keadaan susah maupun senang. Waffaqumullah jamii’an. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Bahaya Tipu Daya Setan dan Ritual Illuminati di Konser Lady Gaga

Saudaraku yang dirahmati Allah, Assalamu’alaikum. Pada 10 Maret 2012 lalu, ratusan orang membeli tiket perdana konser Lady Gaga. Menurut Arief Ramadhoni, selaku perwakilan Big Daddy Live Concert, yang saya kutip dari sebuah media, dalam sehari itu pihaknya sudah menjual sekitar 70 persen tiket konser Lady Gaga, yang jadwalnya digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, pada 3 Juni mendatang.

Apa arti berita tadi? Apakah kita sebagai umat Islam bangga, karena Lady Gaga berkenan hadir di Indonesia? Apakah kita juga bangga pada prestasi sang Promotor, karena sudah berhasil menjual 70% tiket, padahal konser baru dilakukan dua bulan mendatang?

Bagi saya, berita ini ironis dan menyedihkan. Pertama, di tengah jutaan rakyat miskin yang masih perlu makan dan sekolah, pun pemerintah yang sedang mengetatkan APBN agar subsidi BBM bisa terus digulirkan pada warga kurang mampu, ratusan orang mengeluarkan uang sekadar untuk membeli tiket konser yang harga paling murah Rp 465 ribu dan termahal Rp 2, 250 juta.

 

Pemandangan saat para fans mengantri tiket. Mereka rela menghabiskan uang untuk sebuah konser pemujaan setan. Ironis sekali mayoritas yang antri adalah kaum muslim.  

 

Kedua, saya yakin mayoritas pembeli tiket konser tersebut adalah kaum muslim. Seharusnya mereka mengetahui dengan seksama siapa sebenarnya Lady Gaga itu. Dan betapa berbahaya wanita ini. Apa yang diharamkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada konser Lady Gaga sebetulnya bukan esensi sesungguhnya, yang patut kita waspadai. Bahwa konser tersebut tak lebih sebagai upacara penyembahan terhadap setan.

Saudaraku, berikut ini Muhammad Aly E-Bhoney mencoba membuat tulisan singkat mengenai hal tersebut. Tentu tulisan ini belum menjawab secara menyeluruh tentang Iluminati dan misi berbahaya Lady Gaga ini. Namun, Insya Allah sedikit banyak bisa memberikan gambaran pada Anda.

 ***

Setan atau Iblis merupakan musuh yang paling utama di dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, hendaklah kita selalu bermuhasabah dan mempunyai tekat dan keyakinan yang kuat, untuk menjadikan setan dan iblis sebagai musuh nyata dalam diri kita. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an :

يآأيها الذين ءامنو اادخلوا في السلم كآفة ولا تتبعوا خطوات الشيطن إنه لكم عدو مبين( البقرة : 208)

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman ! masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh , ia musuh nyata bagimu”.( QS.Al-Baqarah : 208 )

Di dalam salah satu kisah Nabi Adam As, kita mengetahui Allah swt melarangnya  mendekati sebuah pohon. Dari sekian banyak pohon, Allah melarang mendekati sebuah pohon. Itulah cobaan yang Allah berikan sebagai persiapan bagi manusia, untuk memikul tugas dan tanggung jawab, yakni dengan jalan membendung syahwat dan keinginan.

Allah berfirman :

و يآ آدم اسكن أنت وزوجك الجنة فكلا من حيث شئتما ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظلمين (الأعراف : 19)

Artinya : “Dan hai Adam! Bertempat tinggallah engkau dan istrimu di surga, maka makanlah olehmu berdua di mana saja yang kamu berdua kehendaki, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, yang dapat menjadikan kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim.”(QS.Al-A’raf : 19)

Namun, begitu halus cara iblis menggoda dan merayu pikiran Adam As. Iblis membisikkan ke Adam As, sehingga bisikan yang sangat lembut itu merasuk ke dalam hatinya. Dan Adam pun terpedaya dan harus keluar dari surga-Nya Allah. Tentang iblis ini, Allah telah berfirman:

و كذالك جعلنا لكل نبي عدوا شيطين الإنس والجن يوحي بعضهم إلي بعض زخرف القول غرورا ولو شاء ربك مافعلوه فذرهم وما يفترزن ( الأنعام : 112)

“Dan demikianlah kami jadikan untuk setiap Nabi ada musuh,yaitu setan dari jenis manusia dan jin yang mereka membisikkan kata-kata indah dengan tujuan untuk menipu manusia.”(QS 6:112)

“Maka setan membisikkan kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari saat mereka berdua dan berkata: ‘Tuhan kamu berdua tidak melarang kamu berdua dari mendekati pohon ini,melainkan karena (Dia tidak tenang) Kamu berdua menjadi malaikat atau tidak menjadi dua orang dalam kelompok mereka yang kekal.”

 

Lewat kisah dan ayat di atas itu kita belajar, bahwa kita harus senantiasa mewaspadai diri dengan tipu daya setan dan iblis. Sebab, setan atau iblis tidak terbatas mendorong manusia melakukan kedurhakaan, tetapi juga menghalangi atau memperlambat manusia dalam melakukan kebajikan.

Kata Waswasa dalam ayat tersebut berarti membisikkan manusia dengan pikiran yang jahat, serta mengisyaratkan, bahwa sebenarnya setan melakukan rayuan ke hati dan pikiran manusia.Hasil dari rayuan tersebut adalah dapat mendorong manusia melakukan kedurhakaan. Semua itu telah dirancang oleh setan, sehingga menjadikan manusia takut menyangkut masa depan (tidak percaya akhirat), atau optimis secara berlebihan, sehingga menghasilkan angan-angan palsu dan sebagainya.

Jelas di sini, lapangan dan peluang kerja bagi Iblis dan setan adalah pikiran dan hati manusia. Iblis dan setan akan sukses jika manusia sudah terpedaya. Tak menghiraukan lagi akidah, tak percaya lagi al-Qur’an yang jelas-jelas merupakan perintah Allah, dan jauh dari prilaku yang dicontohkan Rasulullah.

Lalu bagaimana dengan Iluminati dan Lady Gaga?

Saudaraku, sebelum mengetahui apa itu Iluminati, perlu Anda ketahui, bahwa di Barat dan Eropa pada Abad Pertengahan terjadi gejolak pertentangan antara agama dan nalar (logika). Agama saat itu teraplikasikan dalam dogma ajaran dan praktek yang sadis dan kejam oleh pihak keagamaan gereja yang berkuasa di masyarakat sedangkan Nalar itu adalah rasionalias dan perasaan manusiawi yang tertekan dan tertindas oleh praktek keagamaan gereja tersebut.

Gejolak itu akhirnya menimbulkan ‘trauma’ pada masyarakat akan kehadiran agama dalam kehidupan mereka. Itulah mengapa hingga saat ini, masyarakat Barat dan Eropa sangat ‘alergi’ dengan kehadiran agama dalam segala lini kehidupan keseharian mereka.

Namun, ‘absen’-nya agama tersebut menjadikan sebagian masyarakat Barat dan Eropa merasakan kekosongan jiwa dari pegangan dan keyakinan. Di tengah kekosongan itu, beberapa tokoh masyarakat Barat dan Eropa mulai mempelajari dan mempraktekkan sebuah ajaran sihir dan ilmu hitam (ajaran penyembah setan) yang dikenal dengan nama ‘kabbala

 

Lihatlah fans-fans sang pemuja setan ini yang sudah meniru aksi pemuja setan. Betapa cerdik iblis merasuki anak-anak muda ini, sehingga misi Iluminati Lady Gaga berhasil. Astagfirullah!

 

Ajaran ‘kabbala’ berasal dari ajaran yahudi dan sudah ada sejak ribuan tahun lalu, yang kemudian dipopulerkan oleh Yahudi dan masyarakat Barat dan Eropa, yang membentuk sebuah gerakan yang kemudian bernama ‘Illmuninati’.. Nah, dalam Illuminati inilah ajaran Yahudi mulai mendapat tempat dan merancang sebuah “pemerintahan satu dunia”, yang memang ada dalam ajaran setan Illuminati ini.

Kemudian terbentuklah sebuah gerakan untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu gerakan zionis. Gerakan zionis inilah yang sekarang sedang menjajah dan membantai kaum muslimin di Palestina dan menyebarkan ajaran setan ‘Illuminati’ di berbagai Negara sebagai “sistem pemerintahan satu dunia” mereka.

Saudaraku, Lady Gaga adalah ikon dari Iluminati. Ia berhasil merasuki misi setannya pada jiwa anak-anak muda via lirik dan life style. Perhatikan! Mereka yang nge-fans pada wanita ini pasti akan hafal lirik lagu dan mengikuti dandanan ala setan dan iblis itu. Fans-fans-nya tak faham, di balik lirik dan dandanannya, mereka sudah menjadi penyembah setan. Astagfirullah!

Jadi sungguh aneh, begitu banyak anak muda di tanah air, terutama kaum muslim, yang sudah membeli tiket konser yang sesungguhnya merupakan upacara untuk sang peyembah setan ini. Mereka berani membayar dengan harga yang mahal, demi untuk menyaksikan wanita yang jelas-jelas dapat merusak akhlak dan aqidah generasi Islam yang akan datang. Astagfirullah! Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, seharusnya kita menghindari tipu daya setan dan saling mengingatkan. Untuk itu, sebagai umat Islam kita wajib menolak kedatangan Lady Gaga ke Indonesia ini. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Tauhid Asma’ wa Sifat: Separuh Iman kepada Allah, Ilmu yang Mulia dan Penting

Image

 

Assalamu’alaikum Wr,Wb... Pada Ahad, 03 Juni 2012, seperti biasa Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) secara rutin melakukan kuliah dhuha di AQL Center di Tebet Utara, Jakarta Selatan. Kebetulan yang mengisi kuliah dhuha kali ini adalah  saya sendiri. Dalam kesempatan kali ini, Beliau membahas mengenai Tauhid “ Asma’ wa Shifat ”. Berikut rangkuman kuliah dhuha saya yang ditulis oleh sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney.

***

Makna tauhidul asma wash-shifat (mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya)adalah meyakini secara mantap bahwa Allah swt. menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya.

Caranya adalah dengan menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah sawdengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil (pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagian nama dari sifat itu, tidak takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk.

Berikut dalil larangan mempersekutukan Allah dan menyerupai sesuatu dengan-Nya:

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya”.

(QS Al-Baqarah: 22)

 

Berikut ayat-ayat tentang pengesahan Allah swt Azza wa Jalla. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an :

قل هو الله أحد. الله الصمد. لم يلد ولم يولد. ولم يكن له كفوا أحد.

 

Artinya: 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 1. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (Al-Ikhals: 1-4)

Beriman kepada nama dan sifat-sifat Allah  bukan suatu perkara yang sia-sia, bahkan ini adalah hal yang sangat bermanfaat, antara lain dengan cara :

1. Merealisasikan tauhid kepada Allah , sehingga seorang hamba tidak menggantungkan harapan, rasa takut, dan ibadahnya kepada yang selain Allah .

2. Menyempurnakan rasa cinta dan pengagungan kepada Allah  sesuai dengan kandungan nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.

3.  Merealisasikan peribadahan kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sahabat Dakwah yang dirahmati Allah swt, betapa pentingnya Tauhid asma wa sifat Allah swt, agar kita tidak menyimpang dan sesat dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu dengan tauhid kita semua belajar dan pandai memuji Allah swt, karena itu Allah maha suci. Allah adalah “Subbuuhun Qudduusun” Betul-betul suci, maha suci Allah. Dengan menyucikan Allah adalah sebetulnya menyucikan diri kita sendiri.

Bagi seorang muslim, sungguh sangat jelas pentingnya iman kepada Allah. Karena, rukun tersebut merupakan rukun iman pertama, bahkan terbesar. Rukun-rukun selainnya mengikut kepadanya dan cabang dari padanya. Itulah tujuan diciptakan makhluk, diturunkan kitab-kitab, diutus dan rasul-rasul, serta agama ini dibangun di atasnya. Jadi, iman kepada Allah merupakan asas segala kebajikan dan sumber hidayah serta sebab segala kebahagiaan.

Yang demikian itu, karena manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan dipelihara, segala ilmu dan amalnya kembali (tergantung) kepada pencipta dan pemeliharanya. DariNya-lah petunjuk, untukNya beramal, dan kepadaNya akan dikembalikan. Manusia tidak bisa bebas dariNya. Berpaling dariNya, berarti kebinasaan dan kehancuran itu sendiri.

Seorang hamba tidak akan mendapat kebaikan dan tidak pula kebahagiaan, kecuali dengan mengenal Rabb-nya dan beribadah kepadaNya. Bila ia melakukan yang demikian itu, maka itulah puncak yang dikehendakiNya, yaitu untukNya ia diciptakan. Adapun selain itu, mungkin suatu yang utama dan bermanfaat, atau keutamaan yang tidak ada manfaatnya, atau suatu tambahan yang membahayakan. Oleh karena itulah, dakwah para rasul kepada ummatnya adalah (menyeru) untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya. Setiap rasul memulai dakwahnya dari hal itu, sebagaimana (dapat) diketahui dari sejarah dakwah para rasul yang diterangkan dalam Al Qur’an.

Untuk memiliki kebahagiaan dan keselamatan serta keberuntungan, yaitu dengan merealisasikan tauhid yang dibangun di atas keimanan kepada Allah. Dan untuk mewujudkan keduanya, (maka) Allah mengutus utusanNya. Itulah yang didakwahkan para rasul, dari yang pertama (Nuh) hingga yang terakhir (Muhammad).

Pertama : Yaitu tauhid ‘ilmi khabari al i’tiqadi. Meliputi penetapan sifat-sifat kesempurnaan Allah dan menyucikanNya dari segala penyerupaan dan penyamaan, serta mensucikan dari sifat-sifat tercela.

Kedua : Yaitu beribadah kepadaNya saja, tidak menyekutukanNya dan memurnikan kecintaan kepadaNya, serta mengikhlaskan kepadaNya perasaan khauf, raja’, tawakal kepadaNya dan ridha terhadapNya sebagai Rabb, ilah dan wali. Tidak menjadikan untukNya tandingan dalam perkara apapun.

Allah telah mengumpulkan kedua jenis tauhid ini dalam surat Al Ikhlas dan Al Kafirun. Surat Al Kafirun mencakup ilmi khabari iradi dan surat Al Ikhlash juga mencakup tauhid ilmi khabari.

Di dalam surat Al Ikhlash terdapat keterangan yang wajib dimiliki Allah, yaitu berupa sifat-sifat sempurna. Juga menegaskan apa-apa yang wajib disucikan dariNya, yaitu berupa sifat-sifat tercela dan penyerupaan. Adapun surat Al Kafirun, menerangkan wajibnya beribadah hanya kepadaNya, tidak menyekutukanNya dan berlepas diri dari segala peribadatan kepada selainNya.

Salah satu dari dua tauhid diatas tidak akan terjadi, kecuali bila disertai tauhid yang satunya lagi. Oleh karena itu, Nabi sering membaca dua surat ini dalam shalat sunnah Fajar, Maghrib dan Witir. Karena kedua kedua surat itu merupakan pembuka amal dan penutup amal. Sehingga permulaan siang harinya (dimulai) dengan tauhid dan ditutup dengan tauhid.

Jadi, separuh (sebagian) tauhid yang dituntut dari seorang hamba, dan separuhnya adalah tauhid Asma’ wa Sifat.

Sahabat dakwah yang di muliakan Allah swt, Allah telah mengabarkan, bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, dan memberlakukan perintahNya kepadanya, supaya hamba-hambaNya mengetahui bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Jadi, ilmu ini sebagai puncak (tujuan) penciptaan yang dituntut (untuk diketahui). Allah berfirman:

فَاعْلَمْأَنَّهُلآإِلَهَإِلاَّاللهُ

Ketahuilah, bahwasanya tidak ada yang diibadahi dengan benar, kecuali Allah.[Muhammad : 19].

 

Jadi, mengilmui ke-Maha-Esaan Allah menjadi keharusan, dan tidak cukup dengan itu saja, tetapi harus disertai dengan beribadah kepadaNya semata, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Keduanya adalah dua perkara yang dituntut. Pertama, untuk mengenal Allah dengan namanama, sifat-sifat, perbuatanperbuatan dan hukumhukumnya. Kedua, untuk beribadah sebagai konsekwensi dan kewajibannya.

Jadi, mengilmui ke-Maha Esaan Allah menjadi keharuasan, dan tidak cukup dengan itu saja, tetapi harus disertai dengan beribadah kepadaNya semata, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Keduanya adalah dua perkara yang dituntut. Pertama, untuk mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan dan hukum-hukumnya. Kedua, untuk beribadah sebagai konsekwensi dan kewajibannya.

Jadi seperti halnya beribadah kepadaNya itu dituntut dan dikehendaki, demikian pula mengilmui tentangNya, karena sesungguhnya ilmu termasuk seutama-utama ibadah. (Muhammad Aly El-Bhoney)

 

Tauhid Asma’ wa Sifat: Separuh Iman kepada Allah, Ilmu yang Mulia dan Penting

ImageImage

Assalamu’alaikum Wr,Wb... Pada Ahad, 03 Juni 2012, seperti biasa Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) secara rutin melakukan kuliah dhuha di AQL Center di Tebet Utara, Jakarta Selatan. Kebetulan yang mengisi kuliah dhuha kali ini adalah  saya sendiri. Dalam kesempatan kali ini, Beliau membahas mengenai Tauhid “ Asma’ wa Shifat ”. Berikut rangkuman kuliah dhuha saya yang ditulis oleh sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney.

***

Makna tauhidul asma wash-shifat (mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya)adalah meyakini secara mantap bahwa Allah swt. menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya.

Caranya adalah dengan menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah sawdengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil (pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagian nama dari sifat itu, tidak takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk.

Berikut dalil larangan mempersekutukan Allah dan menyerupai sesuatu dengan-Nya:

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya”.

(QS Al-Baqarah: 22)

 

Berikut ayat-ayat tentang pengesahan Allah swt Azza wa Jalla. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an :

قل هو الله أحد. الله الصمد. لم يلد ولم يولد. ولم يكن له كفوا أحد.

 

Artinya: 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 1. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (Al-Ikhals: 1-4)

Beriman kepada nama dan sifat-sifat Allah  bukan suatu perkara yang sia-sia, bahkan ini adalah hal yang sangat bermanfaat, antara lain dengan cara :

1. Merealisasikan tauhid kepada Allah , sehingga seorang hamba tidak menggantungkan harapan, rasa takut, dan ibadahnya kepada yang selain Allah .

2. Menyempurnakan rasa cinta dan pengagungan kepada Allah  sesuai dengan kandungan nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.

3.  Merealisasikan peribadahan kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sahabat Dakwah yang dirahmati Allah swt, betapa pentingnya Tauhid asma wa sifat Allah swt, agar kita tidak menyimpang dan sesat dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu dengan tauhid kita semua belajar dan pandai memuji Allah swt, karena itu Allah maha suci. Allah adalah “Subbuuhun Qudduusun” Betul-betul suci, maha suci Allah. Dengan menyucikan Allah adalah sebetulnya menyucikan diri kita sendiri.

Bagi seorang muslim, sungguh sangat jelas pentingnya iman kepada Allah. Karena, rukun tersebut merupakan rukun iman pertama, bahkan terbesar. Rukun-rukun selainnya mengikut kepadanya dan cabang dari padanya. Itulah tujuan diciptakan makhluk, diturunkan kitab-kitab, diutus dan rasul-rasul, serta agama ini dibangun di atasnya. Jadi, iman kepada Allah merupakan asas segala kebajikan dan sumber hidayah serta sebab segala kebahagiaan.

Yang demikian itu, karena manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan dipelihara, segala ilmu dan amalnya kembali (tergantung) kepada pencipta dan pemeliharanya. DariNya-lah petunjuk, untukNya beramal, dan kepadaNya akan dikembalikan. Manusia tidak bisa bebas dariNya. Berpaling dariNya, berarti kebinasaan dan kehancuran itu sendiri.

Seorang hamba tidak akan mendapat kebaikan dan tidak pula kebahagiaan, kecuali dengan mengenal Rabb-nya dan beribadah kepadaNya. Bila ia melakukan yang demikian itu, maka itulah puncak yang dikehendakiNya, yaitu untukNya ia diciptakan. Adapun selain itu, mungkin suatu yang utama dan bermanfaat, atau keutamaan yang tidak ada manfaatnya, atau suatu tambahan yang membahayakan. Oleh karena itulah, dakwah para rasul kepada ummatnya adalah (menyeru) untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya. Setiap rasul memulai dakwahnya dari hal itu, sebagaimana (dapat) diketahui dari sejarah dakwah para rasul yang diterangkan dalam Al Qur’an.

Untuk memiliki kebahagiaan dan keselamatan serta keberuntungan, yaitu dengan merealisasikan tauhid yang dibangun di atas keimanan kepada Allah. Dan untuk mewujudkan keduanya, (maka) Allah mengutus utusanNya. Itulah yang didakwahkan para rasul, dari yang pertama (Nuh) hingga yang terakhir (Muhammad).

Pertama : Yaitu tauhid ‘ilmi khabari al i’tiqadi. Meliputi penetapan sifat-sifat kesempurnaan Allah dan menyucikanNya dari segala penyerupaan dan penyamaan, serta mensucikan dari sifat-sifat tercela.

Kedua : Yaitu beribadah kepadaNya saja, tidak menyekutukanNya dan memurnikan kecintaan kepadaNya, serta mengikhlaskan kepadaNya perasaan khauf, raja’, tawakal kepadaNya dan ridha terhadapNya sebagai Rabb, ilah dan wali. Tidak menjadikan untukNya tandingan dalam perkara apapun.

Allah telah mengumpulkan kedua jenis tauhid ini dalam surat Al Ikhlas dan Al Kafirun. Surat Al Kafirun mencakup ilmi khabari iradi dan surat Al Ikhlash juga mencakup tauhid ilmi khabari.

Di dalam surat Al Ikhlash terdapat keterangan yang wajib dimiliki Allah, yaitu berupa sifat-sifat sempurna. Juga menegaskan apa-apa yang wajib disucikan dariNya, yaitu berupa sifat-sifat tercela dan penyerupaan. Adapun surat Al Kafirun, menerangkan wajibnya beribadah hanya kepadaNya, tidak menyekutukanNya dan berlepas diri dari segala peribadatan kepada selainNya.

Salah satu dari dua tauhid diatas tidak akan terjadi, kecuali bila disertai tauhid yang satunya lagi. Oleh karena itu, Nabi sering membaca dua surat ini dalam shalat sunnah Fajar, Maghrib dan Witir. Karena kedua kedua surat itu merupakan pembuka amal dan penutup amal. Sehingga permulaan siang harinya (dimulai) dengan tauhid dan ditutup dengan tauhid.

Jadi, separuh (sebagian) tauhid yang dituntut dari seorang hamba, dan separuhnya adalah tauhid Asma’ wa Sifat.

Sahabat dakwah yang di muliakan Allah swt, Allah telah mengabarkan, bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, dan memberlakukan perintahNya kepadanya, supaya hamba-hambaNya mengetahui bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Jadi, ilmu ini sebagai puncak (tujuan) penciptaan yang dituntut (untuk diketahui). Allah berfirman:

فَاعْلَمْأَنَّهُلآإِلَهَإِلاَّاللهُ

Ketahuilah, bahwasanya tidak ada yang diibadahi dengan benar, kecuali Allah.[Muhammad : 19].

 

Jadi, mengilmui ke-Maha-Esaan Allah menjadi keharusan, dan tidak cukup dengan itu saja, tetapi harus disertai dengan beribadah kepadaNya semata, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Keduanya adalah dua perkara yang dituntut. Pertama, untuk mengenal Allah dengan namanama, sifat-sifat, perbuatanperbuatan dan hukumhukumnya. Kedua, untuk beribadah sebagai konsekwensi dan kewajibannya.

Jadi, mengilmui ke-Maha Esaan Allah menjadi keharuasan, dan tidak cukup dengan itu saja, tetapi harus disertai dengan beribadah kepadaNya semata, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Keduanya adalah dua perkara yang dituntut. Pertama, untuk mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan dan hukum-hukumnya. Kedua, untuk beribadah sebagai konsekwensi dan kewajibannya.

Jadi seperti halnya beribadah kepadaNya itu dituntut dan dikehendaki, demikian pula mengilmui tentangNya, karena sesungguhnya ilmu termasuk seutama-utama ibadah. (Muhammad Aly El-Bhoney)